Kemendikti Selidiki Pencopotan Rektor Universitas Pancasila Terkait Kasus Pelecehan, Sementara Dishub DKI Jakarta Targetkan Ganti 200 Mesin TPE Rusak dengan Komponen Lokal

Date: 2025-05-07

Category: Transportasi

Rangkuman Pada tanggal 29 April 2025, sejumlah berita penting muncul di Jakarta. Pertama, di kawasan Cikini, pengguna parkir mengeluhkan praktik pungutan liar oleh juru parkir tidak resmi yang meminta tarif tidak wajar, seperti Rp 20.000 untuk parkir kurang dari dua jam, padahal tarif resmi hanya Rp 5.000 per jam. Slamet Riansyah, juru parkir resmi, menyatakan bahwa hanya ada dua petugas resmi yang bertugas di siang hari, sementara malam hari dibiarkan tanpa pengawasan yang memadai. Selanjutnya, Kejaksaan Agung menggeledah rumah mantan pejabat Mahkamah Agung, Zarof Ricar, di Senopati, Jakarta Selatan, dan menemukan uang tunai senilai Rp 920 miliar serta 51 kg emas, yang diduga terkait dengan tindak pidana pencucian uang. Zarof kemudian ditetapkan sebagai tersangka pada 10 April 2025. Di bidang pendidikan, Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengingatkan agar proses rekrutmen Sekolah Rakyat tidak diwarnai praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sekolah Rakyat ini ditujukan untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu, dengan target pembangunan 200 sekolah setiap tahun. Sementara itu, Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengumumkan rencana untuk mengganti 200 mesin Terminal Parkir Elektronik (TPE) yang rusak dengan mesin baru berbasis komponen lokal, setelah pendapatan dari sektor parkir anjlok akibat kerusakan mesin yang parah. Terakhir, Kementerian Pendidikan Tinggi akan menyelidiki pencopotan Rektor Universitas Pancasila, Marsudi Wahyu Kisworo, yang diduga terkait dengan advokasi korban pelecehan seksual. Marsudi merasa dicopot secara sepihak tanpa pemberitahuan. Berita-berita ini mencerminkan berbagai isu yang sedang dihadapi masyarakat Jakarta, mulai dari masalah parkir, penegakan hukum, pendidikan, hingga kebijakan publik.

Analisis Dari sisi Dari sisi liberal: Tidak ada perspektif liberal. Dari sisi Konservatif: Artikel ini menyoroti masalah pungutan liar yang terjadi di Terminal Parkir Elektronik (TPE) Cikini, terutama pada malam hari ketika pengawasan dari petugas resmi tidak ada. Slamet, juru parkir resmi, mengungkapkan bahwa sering kali pengguna parkir tidak mau membayar biaya tambahan meskipun telah melebihi waktu. Ia juga mencatat bahwa praktik 'tembak harga' oleh oknum tidak resmi dapat mencapai Rp25.000 per mobil, yang jelas merugikan pengguna. Daris, seorang karyawan, berbagi pengalamannya sebagai korban pungutan liar, menekankan bahwa ia tidak membayar lebih dari tarif resmi yang seharusnya Rp5.000 per jam. Slamet berharap pemerintah mengambil tindakan tegas untuk mengatasi masalah ini dan menambah jumlah petugas juru parkir resmi pada shift malam.