Pramono Anung Menjelaskan Pemasangan Countdown HUT ke-500 Jakarta di Bundaran HI dan Ambisi Menjadikan Jakarta Kota Global

Date: 2025-06-05

Category: Transportasi

Rangkuman Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menjelaskan bahwa pemasangan countdown untuk perayaan HUT ke-500 Jakarta di Bundaran Hotel Indonesia (HI) telah dilakukan sebelum ia menjabat. Pada 5 Juni 2025, Pramono menyatakan bahwa countdown tersebut berfungsi sebagai pengingat untuk menjadikan Jakarta sebagai kota global dalam dua tahun mendatang. Ia memilih London dan New York sebagai kota pembanding karena karakter multikultural London yang mirip dengan Jakarta dan tantangan yang dihadapi New York. Meskipun pemasangan countdown ini mendapat kritik dari warga yang merasa terlalu dini, Pramono berpendapat bahwa hal ini merupakan simbol semangat untuk mencapai target tersebut. Countdown digital yang terpasang memiliki tinggi sekitar 6 meter dan menunjukkan angka hitung mundur yang jelas terlihat oleh pengendara di kawasan tersebut.

Analisis Dari sisi Dari sisi liberal: Pemasangan countdown untuk perayaan HUT ke-500 Jakarta di Bundaran HI dianggap sebagai simbol penting untuk menunjukkan ambisi Jakarta menjadi kota global. Gubernur Pramono Anung menekankan bahwa keberadaan countdown berfungsi sebagai pengingat akan target tersebut dan tidak mengganggu aktivitas warga. Pemilihan London dan New York sebagai kota pembanding dianggap relevan karena karakter multikultural dan tantangan yang dihadapi Jakarta. Kritik dari warga mengenai pemasangan yang dianggap terlalu dini direspons dengan penekanan pada pentingnya spirit dan persiapan menuju perayaan besar tersebut. Dari sisi Konservatif: Pemasangan countdown di Bundaran HI menuai kritik dari sebagian warga yang merasa bahwa tindakan tersebut dilakukan terlalu cepat, mengingat perayaan lima abad Jakarta baru akan berlangsung pada 2027. Beberapa warga berpendapat bahwa masyarakat belum sepenuhnya menyadari countdown tersebut dan merasa bahwa anggaran seharusnya tidak dibuang untuk hal yang dianggap prematur. Kritik ini mencerminkan kekhawatiran akan prioritas pemerintah dalam mengelola anggaran dan waktu yang tepat untuk perayaan.