"Prabowo dan Macron Bersulang dengan Jus Apel di Gala Dinner, Serta Kontroversi Kebijakan Dedi Mulyadi Terkait Hak Asasi Manusia"

Date: 2025-05-31

Category: Politik

Rangkuman Pada tanggal 27 Mei 2025, Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Perancis Emmanuel Macron mengadakan jamuan makan malam di Istana, yang menjadi sorotan publik setelah video menunjukkan keduanya melakukan toast dengan minuman berwarna kekuningan. Banyak yang mengira minuman tersebut adalah alkohol, namun Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya segera memberikan klarifikasi bahwa minuman yang digunakan adalah sparkling apple cider, yang merupakan jus 100 persen dan tidak mengandung alkohol. Menu gala dinner tersebut mencakup hidangan khas Nusantara seperti Sari Laut Jimbaran, Soto Banjar, dan Daging Sapi Maranggi, serta pencuci mulut berupa Kopi Mandheling dan kue cokelat. Momen ini menarik perhatian luas di media sosial, dengan berbagai reaksi dari warganet, termasuk kritik dan komentar mengenai norma keagamaan terkait konsumsi alkohol.

Analisis Dari sisi Dari sisi liberal: Dedi Mulyadi menunjukkan keberaniannya dalam berkonflik dengan elit politik, menciptakan citra sebagai pelindung warga. Melalui kritik terbuka terhadap Pemprov DKI dan DPRD Jabar, ia berhasil menarik perhatian publik dan memperkuat loyalitas pendukungnya. Gaya komunikasinya yang konfliktual mencerminkan perasaan negatif masyarakat, namun ia juga menawarkan harapan dan optimisme untuk perbaikan kondisi hidup. Pendekatan anti-elitisme yang ditampilkan, baik secara pasif maupun aktif, menegaskan bahwa ia adalah bagian dari rakyat biasa yang berjuang untuk kepentingan masyarakat. Dari sisi Konservatif: Dedi Mulyadi menggunakan strategi konflik untuk meningkatkan popularitasnya, namun hal ini berpotensi merusak reputasi dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu. Meskipun ia berhasil menarik perhatian, pendekatan ini dapat mengarah pada perang harga dan masalah hukum yang merugikan semua pihak. Kritik terbuka yang dilakukannya terhadap rival politik menunjukkan ambisi untuk menjadi pahlawan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang keseriusan dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.