"Mahkamah Agung Ingatkan Hakim untuk Hidup Sederhana dan Hindari Gaya Hidup Hedonis di Tengah Kasus Suap"

Date: 2025-05-24

Category: Korupsi

Rangkuman Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto memberikan pernyataan yang menimbulkan pro dan kontra mengenai perilaku hakim di Indonesia pada acara pembinaan di Jakarta Pusat pada 23 Mei 2025. Dalam pidatonya, Sunarto menyatakan bahwa hakim tidak bisa dianggap sebagai malaikat, tetapi juga tidak seharusnya menjadi seperti setan. Ia menekankan pentingnya integritas dan kesadaran akan pengawasan publik di era digital, di mana setiap tindakan hakim dapat terlihat. Sunarto juga mengkritik gaya hidup hedonis beberapa hakim yang menggunakan barang-barang mewah, mempertanyakan apakah mereka tidak merasa malu dengan penghasilan mereka yang tidak sebanding dengan gaya hidup tersebut. Beberapa anggota Komisi III DPR mendukung pernyataan Sunarto, menekankan perlunya pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap hakim. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pernyataan tersebut dapat menggeser standar moral hakim, yang seharusnya tetap tinggi. Diskusi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi lembaga peradilan dalam menjaga integritas dan kepercayaan publik.

Analisis Dari sisi Dari sisi liberal: Tidak ada perspektif liberal. Dari sisi Konservatif: Artikel ini menyoroti masalah hedonisme di kalangan penegak hukum, terutama hakim, yang hidup mewah di tengah tuntutan integritas. Ketua Mahkamah Agung, Sunarto, mengungkapkan keprihatinan terhadap gaya hidup hakim yang bertentangan dengan etika publik, menanyakan dengan nada getir, “Kok enggak malu?” Hal ini menunjukkan kegelisahan moral di lembaga yudikatif. Penekanan pada pentingnya integritas dan kepercayaan publik menjadi sorotan utama, di mana hakim harus menyadari konsekuensi etis dari gaya hidup mereka. Ketidakmampuan hakim untuk membedakan antara kewenangan dan kehendak pribadi dianggap sebagai ancaman terhadap otoritas hukum.