"Bank Indonesia: Penurunan Suku Bunga dan Kesepakatan AS-China Mendorong Stabilitas Ekonomi Global dan Pertumbuhan Domestik"

Date: 2025-05-21

Category: Finance

Rangkuman Bank Indonesia (BI) mengungkapkan keyakinannya bahwa inflasi akan tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2025 dan 2026, dengan inflasi inti yang diprakirakan terjaga. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan hal ini dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur pada bulan Mei 2025 di Jakarta. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada April 2025 tercatat sebesar 1,95 persen year on year (yoy), dengan inflasi inti stabil di 2,50 persen (yoy). Penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen juga dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Selain itu, ketidakpastian perekonomian global sedikit mereda berkat kesepakatan sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menurunkan tarif impor selama 90 hari, yang diperkirakan akan memperbaiki prospek ekonomi dunia. Meskipun demikian, kondisi global tetap dinamis dan memerlukan kewaspadaan dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik.

Analisis Dari sisi Dari sisi liberal: Bank Indonesia mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen adalah langkah strategis untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya stabilitas nilai tukar rupiah dan penguatan kebijakan moneter yang responsif terhadap dinamika ekonomi global dan domestik. Kebijakan ini mencakup optimasi makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan kredit dan fleksibilitas likuiditas perbankan, serta penguatan sistem pembayaran untuk sektor perdagangan dan UMKM. Dari sisi Konservatif: Bank Indonesia melaporkan bahwa ketidakpastian perekonomian global mulai mereda berkat kesepakatan sementara antara AS dan Tiongkok untuk menurunkan tarif impor. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa prospek ekonomi dunia membaik, dengan pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok yang diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Meskipun demikian, ketidakpastian tetap tinggi, dan diperlukan kewaspadaan serta penguatan respon kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal dan stabilitas ekonomi domestik.